Puisi: Aku dan Rinduku yang Berpijar dalam Sunyi

Ilustrasi Realistis Rindu (Foto: Pixabay.com)

Di sepertiga malam yang kelam,
kusulam rindu pada batas senyap,
perlahan ia menyala,
membara dalam dada,
namun suaranya tak pernah tiba,
tak jua tembus ruang yang terbentang di antara kita.

Rindu ini adalah bara,
yang kugenggam meski perih,
api yang kupelihara dalam dingin sepi,
tak padam, hanya berkobar dalam hati,
mengusik tiap detik yang berayun pelan,
menggugurkan sisa kenangan di dahan ingatan.

Aku mengukur jarak antara bintang,
mencari satu jalan menuju hadirmu,
sebab dalam hening, setiap desah jadi doa,
yang kugantungkan pada cahaya malam,
menyelinap di sela-sela pekat,
menuju bayangmu yang jauh menepi.

Rindu ini membisik, tak pernah berteriak,
namun getarannya terasa di ujung nadi,
membuat hati tersentak,
seperti aliran sungai yang terus mengalir,
menghanyutkan seluruh kisah
yang pernah terucap di antara kita.

Aku dan rinduku bertemu dalam diam,
menyatu dalam sunyi yang abadi,
merajut janji yang tak pernah tersampaikan,
menerka tatapan yang tak pernah kutemukan,
namun tetap kuterima,
sebab hanya ini yang tersisa—
pijar yang takkan redup dalam gulita.

Dan pada akhirnya,
kubiarkan rindu ini tumbuh sendiri,
menjadi perih yang kian indah dalam sepi,
menyala di bawah langit yang membisu,
aku dan rinduku,
bersama dalam sunyi yang tak bertepi.
Muhamad Ali, S.Tr.A.P.

Hello there! I'm a passionate content creator, avid blogger, and video enthusiast based in Indonesia.

Post a Comment

Previous Post Next Post

Popular Items

Mimpi Anak Palestina