Cerpen Tentang Ibu: Taman Bunga Kasih Ibu
Cerpen Tentang Ibu: Taman Bunga Kasih Ibu (Foto: qlee.xyz diambil dari pixabay.com) |
Ibunya, Nyonya Utari, adalah seorang perempuan tangguh yang menjalani hidup dengan penuh dedikasi untuk keluarga. Suaminya, almarhum Bapak Soerjo, meninggal dunia ketika Aditya masih kecil, meninggalkan mereka berdua dalam kesulitan finansial. Nyonya Utari bekerja keras sebagai buruh pabrik untuk memastikan Aditya mendapatkan pendidikan yang layak.
Kini, setelah
berhasil meraih sukses, Aditya ingin memberikan yang terbaik untuk ibunya. Suatu hari, ketika ia mengunjungi ibunya di rumah sederhana tempatnya besar dulu, Aditya melihat kerutan di wajah Nyonya Utari yang mencerminkan perjuangan hidupnya. Ia merasa tergugah hatinya untuk mengabdikan sebagian dari kesuksesannya untuk merawat ibunya yang sudah tua.
"Ibu, aku ingin kau pindah bersamaku. Aku punya rumah yang besar dan nyaman. Ayo, biar aku bisa menjaga dan memberikan yang terbaik untukmu," ucap Aditya penuh kasih sayang.
Nyonya Utari terkejut mendengar tawaran itu. Meskipun ia bangga pada keberhasilan anaknya, namun rasa mandiri dan tidak ingin merepotkan anak selalu menghantui pikirannya.
"Anakku, ibu sudah terbiasa dengan kehidupan sederhana ini. Aku bahagia melihatmu sukses, tapi ibu tak ingin merepotkanmu," ujar Nyonya Utari dengan penuh kehangatan.
Namun, Aditya bersikeras. "Ibu, bagiku, kebahagiaanmu adalah prioritas utama. Aku ingin memberikan yang terbaik untukmu seperti yang kau lakukan selama ini. Aku ingin merawatmu dengan sepenuh hati."
Setelah membujuk dengan lembut, akhirnya Nyonya Utari setuju untuk tinggal bersama Aditya. Aditya pun segera mengatur segala persiapan untuk menyambut ibunya di rumah barunya. Ia ingin menciptakan suasana yang nyaman dan hangat untuk ibunya, sebagaimana ibunya menciptakannya dulu untuk dirinya.
Ketika Nyonya Utari tiba di rumah baru Aditya, matanya bersinar melihat keindahan rumah yang dihiasi dengan taman bunga yang cantik di halaman depan. Aditya selalu mengingat betapa ibunya menyukai bunga, dan ia ingin memberikan suasana yang menyenangkan seperti di taman bunga itu.
"Ibu, selamat datang di rumah kita yang baru. Aku harap kau akan merasa nyaman di sini," kata Aditya sambil tersenyum penuh kehangatan.
Nyonya Utari tersenyum dan mencium kening Aditya. "Terima kasih, Nak. Rumahnya indah sekali. Aku bahagia bisa tinggal bersamamu."
Hari-hari berikutnya menjadi momen-momen indah bagi Aditya dan Nyonya Utari. Mereka sering menghabiskan waktu bersama, baik itu saat sarapan pagi, jalan-jalan di taman bunga, atau hanya duduk bersama di teras sambil menikmati secangkir kopi. Aditya juga selalu menyempatkan diri untuk membawa ibunya ke tempat-tempat yang pernah menjadi kenangan manis di masa kecilnya.
Sementara itu, Aditya tetap menjalankan bisnisnya dengan penuh dedikasi, namun ia selalu menyempatkan waktu untuk ibunya. Nyonya Utari merasa begitu dihargai dan dicintai, dan kebersamaan mereka semakin memperkuat hubungan ibu dan anak yang tak tergantikan.
Suatu hari, Aditya mendapat ide untuk membuat taman bunga khusus di halaman belakang rumah. Ia ingin menciptakan suatu tempat yang bisa menjadi sumber kebahagiaan bagi ibunya. Aditya menyewa seorang tukang kebun profesional untuk merancang dan menanam bunga-bunga yang indah. Hasilnya adalah sebuah taman bunga yang memukau, penuh warna dan aroma yang menyegarkan.
Ketika Nyonya Utari melihat taman bunga itu, matanya berbinar. "Anakku, ini begitu indah! Terima kasih banyak, Nak."
Aditya tersenyum. "Ma, taman ini adalah simbol cinta dan kebahagiaanku untukmu. Semoga setiap bunga di sini mengingatkan kita pada keindahan hidup dan cinta kasih kita satu sama lain."
Taman bunga itu menjadi tempat favorit Nyonya Utari. Setiap pagi, ia suka berjalan-jalan di taman itu, memandang bunga-bunga yang bermekaran dengan penuh kekaguman. Aditya sering kali duduk bersamanya di kursi goyang di tepi taman, berbincang-bincang tentang kenangan masa lalu dan rencana masa depan.
Waktu berjalan begitu cepat, dan setiap hari bersama ibunya adalah sebuah anugerah yang tak ternilai bagi Aditya. Melihat kebahagiaan di wajah Nyonya Utari adalah hadiah terindah yang bisa diterimanya. Meskipun kesuksesan bisnisnya terus berkembang, Aditya menyadari bahwa keberhasilannya yang sesungguhnya adalah memiliki ibu yang bahagia.
Suatu hari, ketika matahari mulai tenggelam dan langit berwarna jingga, Aditya dan Nyonya Utari duduk bersama di teras rumah. Mereka merenung, memandang keindahan matahari terbenam yang menjadi latar belakang taman bunga yang masih penuh warna.
"Terima kasih, Ma, karena selalu ada untukku. Aku tidak akan menjadi seperti sekarang tanpa cintamu," kata Aditya dengan suara tulus.
Nyonya Utari tersenyum. "Nak, kesuksesanmu adalah berkah bagi kami. Tetapi, yang paling berharga bagiku adalah memiliki anak seperti kamu yang tak pernah lupa akan akar dan cinta keluarga."
Mereka duduk berdua, merasakan kebahagiaan dalam kebersamaan. Taman bunga di halaman belakang rumah menjadi saksi bisu akan kisah cinta kasih ibu dan anak yang mekar dan tumbuh seperti bunga-bunga yang selalu bermekaran di dalamnya. Ibu dan anak, bersama-sama menyusuri indahnya perjalanan hidup, menemukan kebahagiaan sejati dalam setiap langkah mereka.