SASTRA.QLEE.XYZ - Pagi itu, Wulan menatap selembar kertas pengumuman di tangannya. Sudah bertahun-tahun ia mencoba, tapi hasilnya selalu sama: belum berhasil lolos seleksi CPNS. Baginya, menjadi pegawai negeri bukan sekadar mimpi pribadi, tapi harapan yang ia pegang untuk memperbaiki hidup keluarganya di desa kecil tempat ia dibesarkan.
Meski gagal, Wulan tak pernah benar-benar menyerah. Setiap kali merasa terpuruk, ia selalu mengingat wajah ibunya yang penuh harap. Dengan penuh tekad, Wulan kembali mendaftar seleksi CPNS tahun itu, menguatkan diri untuk memberikan yang terbaik, tanpa banyak berpikir soal hasilnya.
Prosesnya panjang dan melelahkan. Belajar siang malam, mengikuti bimbingan, dan menjawab soal-soal latihan setiap hari adalah rutinitas yang terus ia jalani dengan disiplin. Ia tahu, usahanya kali ini harus lebih keras dibandingkan sebelumnya. Ia belajar dari kesalahan-kesalahan tahun lalu dan berjanji pada dirinya sendiri bahwa kali ini, ia akan lebih siap.
Namun, ujian CPNS itu tak sekadar tes pengetahuan; ia juga ujian mental. Selama proses itu, tak jarang Wulan merasa goyah. Apalagi ketika melihat teman-teman seusianya sudah punya pekerjaan tetap atau mulai membangun keluarga kecil mereka. Tekanan itu begitu nyata, tetapi Wulan memilih untuk tetap fokus.
Hari ujian akhirnya tiba. Wulan memasuki ruang ujian dengan berdebar. Setiap soal ia jawab dengan sepenuh hati, mengingat semua yang telah ia pelajari. Setelah ujian selesai, ia pulang dengan perasaan campur aduk antara harap dan cemas. Baginya, sudah cukup ia berusaha sebaik mungkin.
Wulan menunggu hasilnya dengan hati yang dag-dig-dug, hingga akhirnya hari pengumuman tiba. Ia membuka situs resmi dengan tangan gemetar. Mata Wulan berkaca-kaca saat melihat namanya tercantum dalam daftar lolos seleksi. Air mata yang ia tahan pun akhirnya jatuh. Semua perjuangan, malam-malam tanpa tidur, dan tekadnya selama bertahun-tahun telah terbayar.
Dengan perasaan haru, Wulan menelepon ibunya di desa. Suara ibunya yang penuh syukur membuatnya merasa semua usahanya sungguh layak. Ia belajar bahwa keberhasilan bukan hanya tentang kepintaran atau kemampuan, tapi juga tentang keteguhan hati, keyakinan, dan kerja keras.
Sejak saat itu, Wulan berjanji akan menjalankan amanah barunya dengan sepenuh hati, untuk menjadi pelayan masyarakat yang penuh integritas. Sebab, ia tahu bahwa perjuangannya hari ini adalah langkah awal untuk berkontribusi dan memberikan yang terbaik bagi orang-orang di sekitarnya.